Seorang tukang becak asal Perbaungan, Sumatera Utara, mendadak ramai dibicarakan di komunitas investasi ritel usai kisahnya berinvestasi di saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) viral di media sosial. Pria bernama Ujang (43) itu mengaku membeli saham CDIA saat baru melantai di Bursa Efek Indonesia, menggunakan dana hasil kemenangan dari platform game daring Benihtoto.
Ujang sehari-hari bekerja sebagai tukang becak motor di wilayah Pasar Bengkel hingga Simpang Pantai Cermin. Dalam wawancara yang dilakukan pada Senin (14/7), ia menyebutkan bahwa awalnya hanya menyimpan hasil narik becak selama satu minggu tanpa sepengetahuan istrinya.
“Biasanya saya kasih semua ke istri. Tapi waktu itu saya simpan sendiri. Dapat sekitar Rp850 ribu,” ujarnya.
Dari uang itu, Ujang mencoba bermain game Mahjong Ways 1 di Benihtoto setelah mendengar dari penumpangnya bahwa platform tersebut sering memberi kemenangan besar kepada member baru.
Hanya dalam waktu dua malam bermain, Ujang berhasil mengumpulkan Rp45 juta. Bukannya digunakan untuk konsumsi pribadi, ia justru tertarik pada pembahasan soal IPO CDIA yang ramai di grup Facebook dan TikTok saat itu.
“Saya lihat di TikTok katanya CDIA ini anak usaha dari perusahaan besar, Chandra Asri. Banyak juga yang bilang ini saham infrastruktur masa depan,” tuturnya sambil menunjukkan tangkapan layar harga saham dari aplikasi sekuritasnya.
Ujang akhirnya membeli saham CDIA di harga penawaran perdana, yakni Rp190 per saham. Dengan modal Rp45 juta, ia mendapat lebih dari 230 lot. Hanya dalam tiga hari, saham CDIA naik tajam dan menyentuh level Rp500 per saham per Jumat (11/7), menandai kenaikan lebih dari 160 persen sejak IPO.
“Saya gak ngerti analisa teknikal, tapi saya percaya kalau perusahaan ini punya prospek karena ada nama-nama besar di belakangnya,” katanya merujuk pada kepemilikan PT Chandra Asri Pacific Tbk dan EGCO Group asal Thailand.
Saat ini, Ujang masih menahan seluruh saham CDIA yang dimilikinya. Ia bahkan memiliki target pribadi bahwa harga saham tersebut bisa mencapai Rp10.000 per saham dalam beberapa tahun ke depan.
“Saya tahu mungkin orang akan bilang saya mimpi. Tapi saya juga dulu gak nyangka bisa punya saham dari uang narik becak. Jadi ya saya pegang aja terus. Kalau naik, Alhamdulillah. Kalau turun, itu risiko,” jelasnya santai.
Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia, saham CDIA terus mencetak auto rejection atas (ARA) sejak pertama kali tercatat pada Rabu (9/7/2025). Harga melonjak dari Rp190 menjadi Rp400 pada hari ketiga perdagangan, dan mencapai Rp500 per saham pada akhir pekan lalu. Total antrean beli mencapai lebih dari 70 juta lot, menandakan tingginya minat terhadap emiten infrastruktur ini.
Dari sisi fundamental, CDIA memiliki empat pilar bisnis: energi, logistik, kepelabuhan & penyimpanan, dan air. Mayoritas pendapatan masih ditopang oleh sektor energi melalui anak usaha KCE. Dengan dukungan induk usaha Chandra Asri dan partisipasi EGCO Group, prospek pertumbuhan jangka panjang CDIA dinilai menjanjikan oleh sejumlah analis.
Meski berasal dari latar belakang yang sangat sederhana, Ujang kini menjadi contoh nyata bahwa peluang investasi terbuka untuk siapa pun. Dengan informasi yang tepat dan keputusan berani, seorang tukang becak pun bisa ikut merasakan euforia bursa saham.
“Saya belum bilang ke istri kalau uang dari narik kemarin dipakai main saham. Tapi kalau nanti naik terus, ya mungkin bisa ajak dia keliling Jawa naik kereta api, gak naik becak lagi,” tutup Ujang sambil tertawa.